titikputih.

13.10.04

Surat untuk Cahaya

beberapa hari yang lalu:
Meniti malam kuberjalan menembus realita. Masuki dunia maya penuh warna berantara layar fosfor yang melelahkan. Klik Klik Klik... klik... scroll... klik.... Senyum pudar menghias wajah. Tak ada sedih, tak ada sesal, tak ada kecewa. Hilang. Itu saja.
Harapan yang seharusnya tidak pernah ada, hilang sudah. Bersama kedip fosfor di dunia maya. Dan aku melangkah mundur.


beberapa bulan yang lalu:
Kosong hampa mulai biasa warnai hari. Tak ada harapan tak ada perjuangan. Pasrah menunggu kepingan dollar yang akan mengantar aku pulang. Pulang? Ya, pulang! Tapi untuk apa? Saat halimun keraguan mulai menutupi harapan, bisikan angin berkata jangan, apa yang akan kulakukan. Sabda takdir belum lagi terdengar tapi telinga ini sudah kututup. Lalu hati pun luluh lantak. Hilanglah cahaya pembakar semangat.

Lemah? Ya!
Wanita? bukan!
Mimpi! Aku kehilangan mimpi. "Bermimpilah lagi" saran yang menarik, hanya saja... tidak semudah itu membangun mimpi. Andai mereka tahu betapa berarti dirinya buatku. Yang bukan hanya sebagai wanita, tapi juga... tujuan hidupku.

Tak pernah kututup hatiku untuk siapapun. Terisi, kosong, terisi, kosong. Belum ada yang mengerak. Sampai akhirnya.. sebentuk cahaya mulai mengendap, terbersit harap cahaya akan mengerak. Mengganti hampa jadi harapan, mengganti gelap jadi terang.

beberapa hari yang lalu:
Tapi lalu.. cahaya pudar
Sinarnya melemah dan akhirnya leleh seperti lilin dipagi hari.

saat ini:
Cahaya... terima kasih
Walau sekejap, aku pernah mengharap sinarmu yang lembut


.

0 Comments:

Post a Comment

<< Home