titikputih.

24.11.04

Larutan Rasa

Menangislah!
Mengangislah wahai aku!
Karena esok kau harus tersenyum
Senyum! Senyum yang tulus
Saat gadis yang paling kau harapkan bertunangan.

Tanpa kembang tujuh rupa aku berendam. Berharap semua rasa yang ada larut didalamnya. Ujung rambut ujung kaki tujuh kali. Sambil terucap, astagfirullah hal adzim.
Menangis, meraung, berteriak.
Lantang.
Tiap tetes air mata, tiap kurva gelombang suara, tiap 'A' dalam teriakan. Semuanya larut, bereaksi didalam situ.

Satu bak mandi dicampuri. Diisi semua rasa kepadanya. Seperti teh celup, diaduk oleh rubuh, dari rambut sampe kaki. Celup celup tubuh, lalu dibuang...

Larutan rasa itu menyembur keras saat katupnya dibuka. Lalu bergerak mengalir menuju saluran pembuangan. Berputar-putar menunggu giliran, membentuk pusaran kecil. Sedikit-sedikit larutan hilang dalam lubang gelap itu.

Seperti black-hole pusaran itu menghisap semuanya. Tenang, teratur dan pasti. Sampai kemudian pusaran itu meliar. Berkibas-kibas dengan acak. Seiring melemahnya samburan larutan dan berkurangnya isi bak, begitulah perasaanku.

Lalu bak itu pun kering. Larutan rasa itu..
hilang



.

0 Comments:

Post a Comment

<< Home