titikputih.

20.1.04

Gelotology dan Tuyul

.

Gelotology... [apaan tuh?!!]

Sebuah ilmu yang mempelajari tentang ketawa. Ketawa?!! Ya, ketawa. Beberapa orang di dunia ini cukup gila dan (menurut saya) kurang kerjaan sampai mau mempelajari soal ketawa. "Rhythmic, vocalized, expiratory and involuntary actions" -- sebuah definisi yang diberikan oleh Encyclopedia Britannica untuk ketawa. Peter Derk (seorang gelotolog) mendefinisikannya sebagai "a really quick, automatic type of behavior."

Anyway...
Sadar atau tidak ketawa sudah menjadi industri yang sangat menguntungkan. Seperti makanan ringan, industri ini mengeluarkan produk dengan merk, jenis dan kualitas yang beragam. Dari sekedar komik-singkat sampai film Holywood bermodal milyaran rupiah (atau lebih).

Persetan dengan teori dan definisi soal ketawa. Yang jelas salah satu diantara beberapa alasan untuk tertawa (atau untuk membuat orang tertawa), adalah 'superiority'. Dimana kita ketawa karena orang lain melakukan kesalahan, kebodohan atau sekedar kesialan orang lain. Sebab saat itulah kita merasa lebih dari orang lain, entah itu lebih baik atau lebih beruntung.
Lengkapnya sih baca aja


Lalu apa hubungannya dengan Tuyul?

Well... suka nggak suka tuyul sudah jadi bagian dari produk industri ketawa di Indonesia. Bahkan jin, dedemit dan makhluk halus lainnya pun sudah sejak lama jadi bagian industri ini. Bahkan termasuk yang digemari, atau diunggulkan. Contohlah sebuah stasiun TV swasta yang mengikutsertakan tuyul dalam jajaran produk unggulannya tahun 2004 ini.

Tuyul ini bahkan dilengkapi dengan jam dan sabuk sakti yang bisa menembakan laser segala!!
Bahan ketawa utama dari tuyul ini tak lain adalah kesialan dua algojo tuyul saat mencoba menangkap si tuyul kecil yang menolak berbuat jahat. Selama bertahun-tahun (bahkan sejak millenium kemarin) bahan gurauan yg dipakai masih seputar itu-itu juga, masih seputar kesialan, kegagalan, meledak, muka yang hitam, menghilang, ...

Kalau kembali ke teori 'superiority' tadi, dan dihubung-hubungkan dengan sitkom indonesia, lalu dihubungkan lagi dengan rating acara tv, lalu dihubungkan lagi dengan biaya iklan perdetik, lalu dihubungkan lagi dengan industri dan bisnis production house, dihubungkan lagi dengan juga dengan jenis kendaraan pemilik production house dan stasiun tv, lalu dihubungkan lagi dengan bla.. bla.. bla...

Saya pikir... (berpikir bebas toh!)
Tapi ini bukan statement!...
Sebagian orang Indo mungkin (sadar gak sadar) merasa dirinya sebagai kaum inferior, lalu (sadar gak sadar) menyukai komedi-komedi yang membuat mereka merasa superior, dan karena banyak yang suka (sadar gak sadar) acara tv ini menjadi laku, dan karena laku (yang ini jelas disadari) biaya iklan jadi mahal, bisnis production house dan stasiun tv untung besar, direktur dan pemiliknya bisa beli mobil baby-benz beberapa biji, bla.. bla.. bla...

In the end... Pemirsa tertawa, mereka tambah kaya...
Gak ada yang dirugikan alias win-win situation. (bener gak ya?)
Ach.. ini kan cuma asumsi, bukan statement... 'mbtul ora, Son?!!

0 Comments:

Post a Comment

<< Home